ALLAH ADALAH DEWA BULAN? (JAWABAN HJ. IRENE HANDONO ATAS FITNAH DR. ROBERT MOREY
Diposting oleh Unknown di 21.28
DEWA BULAN
Tradisi Kristen
yang telah kita bahas diatas rupanya ingin diimbaskan kepada ajaran Islam dengan
mengembalikan ajaran Islam pada paganisme Arab dan menghilangkan fakta sejarah
bahwa paganisme Arab tersebut adalah paham yang diperangi habis-habisan oleh
Rasulullah dan umatnya. Oleh sebab itu maka Dr. Morey menyudutkan Islam dengan
mengemukakan poin-poin hujatan berikut :
1. Bahwa Umat Islam menyembah dewa
bulan.
2. Tentang Allah dalam Islam dan
Tuhan dalam Bibel.
Pada hujatan
pertama, Dr. Robert Morey ingin mengelabuhi masyarakat bahwa umat muslim adalah
masyarakat pagan, sehingga negaranya mendapatkan pembenaran atas segala apa yang
mereka perbuat terhadap negara-negara Islam yang ia nyatakan pagan. Sedang dalam
poin kedua ia ingin memisahkan antara kepercayaan Kristen dengan Islam. Jika
yang dimaksud adalah Kristen Trinitas maka adalah benar tidak sama, karena umat
Islam menESAkan Tuhan sementara Kristen Trinitas "menyekutukan" Tuhan. Tapi
kalau yang dimaksud adalah Kristen Unitarian (Nazaren/Nashoro) tentu saja
masalahnya lain, karena mereka berpaham monoteisme. Suatu upaya pembuktian Class
of Civilization yang ujung-ujungnya adalah kekuasaan dan
Ekonomi (Minyak).
Dr. Robert
Morey menyatakan bahwa Allah adalah nama dari Dewa Bulan yang disembah di Arab
sebelum Islam. Hal ini ia kuatkan dengan pernyataan bahwa :
-
Nama Allah sudah dikenal masyarakat Arab sebelum kenabian Muhammad.
-
Adanya nama-nama seperti Qomaruddin, Syamsuddin.
-
Kepercayaan Jahiliyah (PraIslam), agama Astral.
-
Berhala yang ada di Ka'bah.
-
Simbol bulan sabit.
Yang agak
memalukan bahwa dalam membuktikan tuduhan-tuduhannya tersebut Pak Doktor ini
banyak memanipulasi pernyataan dari penulis-penulis yang menjadi rujukannya.
Sebagai Contoh :
- Untuk
menguatkan pendapatnya bahwa "dewa bulan dipanggil dengan berbagai nama,
salah satunya adalah Allah'" ia merujuk pada halaman 7 dari Buku Guillame yang berjudul
Islam. Tetapi sebenarnya Guillame mengatakan di halaman yang sama :
"Di Arab Allah telah dikenal dari sumber umat Kristen dan Yahudi
sebagai Tuhan yang Esa, dan tidak ada keraguan meslvpun dia telah dikenal oleh
Pagan Arab di Mekkah sebagai yang Tertinggi."
-
Dr. Morey juga
mengutip dari penulis non-Muslim Caesar Farah di ha128. Tetapi pada saat dirujuk
dalam buku tersebut didapati bahwa Dr. Morey hanya mengutip sebagian dan
meninggalkan pokok bahasan dari buku tersebut. Buku tersebut sebenarnya
menyatakan bahwa Tuhan yang dipanggil il oleh orang Babilon dan EI oleh orang
Israel telah dipanggil ilah, al-ilah, dan Allah di Arab. Farah mengatakan lebih
lanjut pada halaman 31 bahwa sebelum Islam orang pagan telah mempercayai bahwa
Allah
adalah dewa
tertinggi. Dikarenakan mereka sudah mempunyai 360 berhala, tetapi Allah bukan
salah satu dari 360 berhala tersebut. Sebagaimana Caesar Farah menyatakan di
halaman 56, bahwa Nabi Muhammad saw, telah menghancurkan berhala-berhala
tersebut.
Adanya kata
Allah sebelum masa
Islam, seperti yang dikatakan Robert Morey bahwa Ayah Rasulullah bernama
Abdullah (hamba Allah), tidak sepantasnya dijadikan alasan bahwa Allah tersebut
adalah dewa bulan.
Seperti
yang pernah kita bahas
sebelum ini bahwa El, Eloy, Allah, Yahweh, Ya Hua, Elohem,Allahumma; adalah
kata-kata yang dipakai oleh masing-masing bangsa -saat itu- untuk menyebut Tuhan. Dan kata Allah adalah kata yang
dipakai oleh bangsa Arab untuk menyebut Tuhan khususnya oleh para Ahnaf (masyarakat Arab yang mengikuti
tradisi Ibrahim). Dan nama itu tidak termasuk dalam jajaran nama-nama berhala
dan dewadewa Arab. Permasalahannnya bukan hanya pada kata-kata itu saja,
kemudian kita menilai paham suatu masyarakat. Tapi pada cara penyikapan kepada
"Tuhan" yang disebut menurut bahasa mereka sendiri-sendiri. Bangsa Israel yang
menggunakan kata Yahweh untuk merefleksikan pemahaman mereka tentang konsep
"Tuhan" dibimbing oleh rasul dan nabi mereka untuk meluruskan pemahaman dan
penyikapan terhadap Tuhan yang mereka sebut Yahweh. Begitu juga masyarakat Arab
yang pada masa jahiliyah memakai kata Allah untuk menyebut Tuhan dibimbing oleh
Rasulullah Saw untuk menyikapi dan memahami apa yang mereka sebut Allah itu.
Cara penyikapan inilah yang diajarkan oleh masing-masing rasul dan nabi kepada
umatnya, yaitu meng-ESA-kan. Kalau ukurannya hanya pada tataran kata saja untuk
menilai paham suatu umat, maka Yahudi dan Kristen luga pagan, karena nama "EL'
yang dipakai IsraEL
adalah Tuhan dari bangsa Kan'an yang menurut mereka pagan.
Pembaca dari
kalangan Muslim mungkin
akan tertawa ketika dikatakan bahwa nama-nama Cak Qomar dan Cak Udin luga kang
Najam dijadikan bukti adanya penyembahan terhadap dewa bulan. Menurut Dr. Robert Morey :
Begitu juga
dengan nama Syamsuddin dan Najmuddin, keduanya diterjemahkan
dengan cara yang sama.
Komarun berarti bulan dan dinun berarti agama maka arti dari nama
tersebut adalah "bulannya agama", maksudnya seorang yang dengan agamanya berkiprah di
masyarakatnya seperti bulan yang bersinar terang benderang, membawa nama baik
agamanya. Begitu syamsuddin, di harapkan oleh orang tuanya agar lebih bersinar
seperti matahari yang selalu memberi manfaat kepada manusia. Nama-nama muslim
yang dinisbatkan kepada dien (agama) memiliki makna senada, seperti saifuddin
(pedang agama), adalah harapan orang tuanya agar anaknya mampu membela agamanya
ibarat sebuah pedang yang siap dipakai kapan saja. Sedang "penyembah bulan"
kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Arab ‘abid al-Qomar. Begitu juga dengan dua
nama lainnya.
Masyarakat
Arab pada masa pra Islam
seringkali menamakan budaknya dengan nama-nama yang dapat menyenangkan hati
mereka seperti nama Qomar dan Syams, diharapkan agar budaknya dapat menerangi
mereka seperti namanya. Sedang untuk mereka sendiri, mereka memakai namanama
yang menyeramkan, untuk menakuti musuh-musuhnya, seperti Kilab (anjing-anjing),
Asad (singa), Namir dan Fahd (harimau). Pada masa Rasulullah nama-nama jahiliyah
banyak dinisbatkan langsung pada Allah, seperti Saifullah (pedang Allah),
Asadullah (Singa Allah) dan lain sebagainya. Rasulullah meluruskan kebiasaan
masyarakat Arab jahiliyah bahkan pada masalah nama.
Pada masa
selanjutnya ketika perbudakan sudah terhapuskan, dan para mantan budak yang membentuk
komunitas tersendiri, tampil dalam pemerintahan. Mereka dikenal sebagai kaum
Mawali (orang-orang yang meminta
perlindungan). Untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat yang sebelumnya
adalah tuan-tuan mereka, maka mereka menisbatkan nama-nama, mereka kepada kata
din (agama). Hal ini sejalan
dengan perkembangan zaman yang tidak lagi menisbatkan nama-nama kepada
tuan-tuannya, sebab zaman perbudakan sudah berakhir, dan semua mereka adalah
sama dalam urusan agama. Maka kita melihat bahwa nama-nama seperti Qomaruddin
dan Syamsuddin tidak pernah kita temukan pada masa jahiliyah, ataupun pada masa
Rasulullah, nama-nama itu baru muncul kemudian pada saat mantan budak memegang
tampuk pemerintahan.
Pada masa
sekarang nama-nama di atas tidak dipakai untuk menyenangkan tuan, tidak juga
untuk legalitas kekuasaan. Nama-nama itu dipakai umat muslim dengan maksud
yang berbeda, karena
mereka hanya melihat arti dari nama-nama itu, yang diharapkan pemiliknya dapat
menjadi seperti namanya.
Menurut
Dr. Morey : "Allah,
dewa bulan, kawin dengan dewa matahari. Mereka berdua mempunyai tiga orang
puteri yang disebut putri-putri Allah. Ketiga putri tersebut AI-Lata, AIUzza,
dan Manat". Untuk memperkuat anggapannya ia memanipulasi pernyataan
Guilluame seperti yang kita ungkap sebelum ini.
Bahwa
masyarakat Arab pra
Islam memiliki kepercayaan terhadap bintang dan bulan juga matahari memang
benar, hanya saja Dr. Morey berhenti sampai disini untuk menyatakan bahwa yang
disembah oleh umat Muslim adalah dewa bulan, padahal kepercayaan yang semacam
inilah yang diserang dengan keras oleh Rasulullah tanpa kompromi sedikitpun.
Itulah sebabnya maka masa tersebut dikatakan sebagai masa Jahiliyyah (zaman
kebodohan). Terjemah ayat-ayat berikut ini akan menggambarkan bagaimana
Rasulullah secara radikal menyerang kepercayaan masyarakatnya :
“ Maka apakah patut bagi kamu (hai
orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al- Uzza, dan Manat yang ketiga, yang
paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah). Apakah (patut) untuk kamu
(anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan; Yang demikian
itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah
namanama yang kamu dan bapak-bapak karnu mengadaadakannya; Allah tidak
menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu
mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan rnereka.
Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicitacitakannya (Tidak), maka
hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia. " (QS. An-Najm
19-25).
Berikut ini
adalah salah satu dari pernyataan tidak berdasar yang dilontarkan oleh Robert Morey :
"Ada satu
berhala Allah
ditempatkan di ka'bah bersama dengan semua ilah-ilah berhala lain.
Penyembah-penyembah berhala sembahyang menghadap Mekah clan Kaabah karena di
sanalah dewa-dewa mereka disemayamkan". Kita tidak tahu dari mana pak Doktor
mendapatkan sumbernya, tapi yang jelas tidak pernah melihat
Ka'bah secara langsung apalagi masuk di dalamnya.
Pada Masa
Jahiliyah -tradisi menyebut demikian untuk membedakan antara masa kebenaran dan
kebodohan-, banyak berhala ditempatkan di Ka'bah tapi tidak ada satupun berhala
disebut Allah. Dan
berhala-hala yang amat banyak tersebut telah dihancurkan oleh Rasulullah saat
memasuki Makkah, setelah sebelumnya umat Islam diusir dari Makkah. Rasulullah
sendiri pada saat sebelum menjadi nabi, pernah bersumpah dihadapan Khadijah
istrinya bahwa beliau "tidak akan menyembah uzza selamanya", hal ini jelas
membedakan antara Allah dan ilahilah lainnya, sebab saat itu agama Hanifah (jalan lurus) ajaran Ibrahim
As. masih bertahan di Makkah, walaupun pengikutnya tidak sebanyak para pagan.
Kini jangankan di Ka'bah di rumah seorang muslim saja tidak akan ada berhala.
Sangat berbeda dengan Rumah dan Kantor Robert Morey yang mungkin memasang patung
salib di sudut ruang atau kamarnya.
Simbol bulan
sabit yang sering
dipakai umat muslim dianggap sebagai simbol penyembahan dewa bulan oleh Dr.
Robert Morey.
la menyatakan :
"Simbol penyembahan dewa bulan dalam budaya Arab dan di tempat-tempat lain di
seluruh timur tengah adalah bulan sabit". Gambar bintang yang biasa berada ditengah bulan
sabit tidak disebut, karena Amerika memakai simbol bintang.
Dr. Robert
Morey dan para orientalis Barat menuduh dengan bertanya kenapa umat Islam
memakai simbol bulan sabit untuk agama mereka? Atau kenapa bulan dipakai untuk
menandai bulan baru?. Mereka sengaja bertanya dengan logika yang salah dari
sesuatu yang tersembunyi, sejak saat umat Islam memakai bulan sabit sebagai
simbol, maka dikatakan bahwa umat Islam menyembah "dewa bulan". Ini tidak benar
sebagaimana anggapan bahwa sejak umat Yahudi mengambil bintang David sebagai
simbol, maka umat Yahudi menyembah bintang, berarti umat Kristen juga menyembah
patung salib saat mereka memakai simbol tersebut, atau menyembah matahari saat
menggunakan tanda silang dari sinar matahari.
Islam tidak
pernah mengajarkan untuk menyembah bulan. Dalam firman Allah
disebutkan:
"Dan
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan.
Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi
bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya
saja menyembah. " (QS. Fushshilat 37)
Ayat ini
diperkuat dengan ayat lain, bahwa bulan bukanlah object
penyembahan.
"Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa
sesungguhnya Allah
memasukkan malam ke dalarn siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia
tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu
yang ditentukan, dan
sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan ". (QS. Luqman
29).
Jika
Allah adalah "dewa
bulan" seperti yang dituduhkan oleh Dr. Morey, apa mungkin "dewa bulan"
menciptakan bulan untuk dipakai oleh manusia?. Dengan bukti di atas kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa umat Islam hanya menyembah `Allah" saja, dan bukan
menyembah dewa bulan. Kepercayaan terhadap kekuatan benda-benda angkasa yang
pernah berkembangan di Mesir, Babilonia, serta Asiria, mungkin saja mempengaruhi
Jazirah Arab, sebab secara geografis letaknya tidaklah berjauhan; Hanya saja
pada masa Rasulullah kepercayaan tersebut diluruskan dengan menempatkan
benda-benda tersebut pada tempat dan fungsinya. Seperti bulan -misalnya-,
seperti yang pernah ditanyakan oleh masyarakatArab kepada Rasulullah,
ditempatkan sebatas untuk menandakan pergantian waktu. Sebagaimana Firman Allah
di Surat Al Baqarah 189:
"Mereka bertanya kepadamu tentang
bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia
dan (bagi ibadat) haji".
|
Dari riwayat
Ibnu Abi Hatim yang
bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.: Untuk
apa diciptakan bulan sabit?" maka turun ayat tersebut yang
memerintahkan
Rasulullah untuk menjawab bahwa bulan adalah untuk menunjukkan waktu kepada
manusia kapan mereka harus memakai pakaian ihram pada
waktu haji dan kapan harus menanggalkannya, atau kapan mereka harus memulai
puasa dan kapan harus mengakhirinya. Dari sini, dapat kita ketahui bahwa tidak
ada kepentingan penyembahan kepada bulan, tetapi hanya sebagai Penunjuk
pergantian waktu, seperti Haji clan Puasa. Pada masa Khalifah Umar umat Muslim
membuat penanggalan berdasarkan hitungan bulan, yang dimulai sejak masa
Hijrah.
Yang menarik
untuk dicatat bahwa umat Yahudi juga memakai Penanggalan Hijriah untuk menandai
perayaan suci mereka. Penanggalan keagamaan Umat Yahudi, yang aslinya dari
Babilonia, terdiri dari 12 bulan Qomariah/Hijriah, terhitung 354 hari. Dan
penghitungan hari dimulai dari tenggelamnya matahari sampai tenggelam lagi.
Maka bila
dikatakan bahwa Islam
menyembah "dewa bulan" dikarenakan memakai penanggalan yang berdasarkan bulan,
maka apakah agama orang Yahudi, yang juga memakai penanggalan yang berdasarkan
bulan ? berdasarkan "logika" Dr. Robert Morey maka umat Yahudi " juga "penyembah
bulan". Demikian juga bila umat Kristen memakai penanggalan yang berdasarkan
perputaran matahari, apakah mereka juga menyembah matahari ? Mari kita simak
keterangan berikut ini. Penanggalan yang pertama adalah penanggalan yang
berdasarkan bulan. Kebudayaan kuno, seperti Siria, Babilonia, Egypt, dan Cina
telah memakai penanggalan bulan, sebagaimana budaya Semit juga mengambil
penanggalan bulan untuk menandai waktu mereka. Setelah kita ketahui kenyataan
bahwa umat Yahudi dan Islam, dalam tradisi budaya Semit, sama-sama memakai
penanggalan Qomariah untuk menandai bulan mereka. Maka kenapa umat Kristen
memakai penanggalan yang berdasarkan matahari menggantikan penanggalan bulan.
Hal ini berkaitan erat dengan rekayasa perayaan natal tanggal 25 Desember clan
pengaruh pemikiran-pemikiran pagan yang berporos pada penyembahan dewa Re (dewa
matahari) dalam Kristen. Untuk melengkapi bahasan ini, maka akan kami sertakan
secara ringkas kajian tentang perayaan natal 25 Desember oleh umat
Kristen.
Perintah untuk
menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus
tidak pernah memberikan contoh ataupun memerintahkan pada muridnya untuk
menyelenggarakan peringatan kelahirannya.
Perayaan
Natal baru masuk dalam
ajaran Kristen Katolik pada abad ke-4 M. Dan peringatan inipun berasal dari
upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dimana kita ketahui bahwa abad ke-1
sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis
politheisme.
Ketika
Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katholik, mereka tidak mampu
meninggalkan adat/ budaya pagannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk
memperingati hari Sunday
(sun=matahari; day=hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25
Desember.
Maka supaya
agama Katholik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi diadakanlah
sinkretisme (perpaduan agama-budaya/ penyem-bahan berhala), dengan cara
menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan
kelahiran Son of God (Anak Tuhan=Yesus). Maka pada konsili tahun 325, Konstantin
memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, Juga
diputuskan: Pertama , hari Minggu (Sunday = hari matahari) dijadikan pengganti
hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari
yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat
patung-patung Yesus untuk menggantikan patung Dewa Matahari.
Sesudah Kaisar
Konstantin memeluk agama Katolik pada abad ke- 4 Masehi, maka rakyat pun
beramai-ramai ikut memeluk agama Katholik. Inilah prestasi gemilang hasil proses
sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama paganisme politheisme
nenek moyang.
Demikian
asal-usul Christmas atau
Natal yang dilestarikan oleh orang-orang
Kristen di seluruh dunia sampai sekarang. Darimana kepercayaan paganis
politheisme mendapat ajaran tentang dewa matahari yang diperingati tanggal 25
Desember?
Mari kita
telusuri melalui Bibel maupun sejarah kepercayaan paganis yang dianut oleh bangsa Babilonia
kuno didalam kekuasaan raja Nimrod (Namrud).
Putaran jaman
menyatakan bahwa penyembah berhala versi Babilonia ini berubah menjadi "Mesiah
palsu", berupa dewa "13a-al" anak dewa matahari dengan obyek penyembahan "Ibu
dan Anak" (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali. Ajaran tersebut
menjalar ke negara lain: Di Mesir berupa "Isis dan Osiris", di Asia bernama
"Cybele dan Deoius", di Roma disebut Fortuna dan Yupiter", bahkan di Yunani.
"Kwan Im" di Cina, Jepang, dan Tibet. Di India, Persia, Afrika, Eropa, dan
Meksiko juga ditemukan adat pemujaan terhadap dewa "Madonna" dan
lain-lain.
Dewa-dewa
berikut dimitoskan lahir pada tanggal 25 Desember, dilahirkan oleh gadis
perawan (tanpa bapak), mengalami kematian (salib) dan dipercaya sebagai Juru
Selamat (Penebus Dosa):
-
Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga diyakini dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian, dan dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekaligus penganut kepercayaan ini.
-
Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet.
-
Hercules yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi.
-
Ba-al yang disembah orang-orang Israel adalah dewa penduduk asli tanah Kana'an yang terkenal juga sebagai dewa kesuburan.
-
Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir kuno; kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara besar-besaran dan dijadikan sebagai pesta rakyat.
Demikian juga
Serapsis, Attis, Isis, Horus, Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele
dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh/pahlawan pada suatu bangsa yang oleh
mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zorates (bangsa Persia) dan
Fo Hi (bangsa Cina). Demikian pula pahlawan-pahlawan Helenisme: Agis, Celomenes,
Eunus, Soluius, Aristonicus, Tibarius, Grocecus, Yupiter, Minersa,
Easter.
Jadi, konsep bahwa
Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada tanggal 25 Desember, disalib/dibunuh
kemudian dibangkitkan, sudah ada sejak zaman purba.
Konsep/dogma agama
bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi, dengan
sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi karena mereka telah
memiliki konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi
Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa dogma-dogma tersebut hanyalah
kebohongan yang sengaja dibuatnya. Kata Paulus kepada Jemaat di
Roma:
"Tetapi jika kebenaran Allah oleh
dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya; mengapa aku masih dihakimi lagi
sebagai orang berdosa? (Roma
3:7) ".
Mengenai kemungkinan
terjadinya pendustaan itu, Yesus telah mensinyalir lewat
pesannya:
Jawab Yesus kepada
mereka : "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak
orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata Akulah Mesias, dan mereka
akan menyesatkan banyak orang". (Matius 24:4-5)”.
Label: MENJAWAB FITNAH
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar