Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Para netter non-Muslim yang menginginkan hilangnya cahaya Islam di dunia ini, tidak henti-hentinya memfitnah Islam. Mereka memplintir-plintir ayat Al-Qur'an untuk mengaburkan kemurnian Tauhid. Salah satu tindakan yang sering dilakukan mereka yaitu dengan menggunakan Al-Qur'an Surah An-Nas ayat 1, bunyi ayat itu yakni:

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Artinya:
"Katakanlah aku berlindung kepada Tuhan manusia"
Para pemfitnah itu, dengan tanpa ilmu memanfaatkan ayat Al-Qur'an yang suci ini sebagai "bukti" ketuhanan Yesus. Merek menterjemahkan "Tuhan manusia" sebagai Tuhan yang berwujud manusia. Padahal mereka mengatakan itu karena hanya memperhatikan redaksi terjemahannya saja, tanpa mempelajari struktur dari kata bahasa Arabnya. Bisa dibilang "tebak-tebakan tanpa ilmu"
Untuk menjawab fitnah ini, maka kita harus mengetahui dan paham salah satu dari kaidah di dalam bahasa Arab yang disebut dengan Idhafah.
Idhafah merupakan suatu bentuk frase di dalam bahasa Arab yang terdiri dari dua isim (kata benda), salah satu dari kedua isim ini merupakan milik dari isim yang lain.
Idhafah terdiri dari dua kata, yakni kata yang berperan sebagai mudhaf dan kata yang berperan sebagai mudhaf ilaih.
Bila ingin disederhanakan, idhafah adalah suatu kata "kepemilikan", yang mana kata pertama merupakan milik / kepunyaan dari kata yang kedua. Saya ambil contoh dalam bahasa Indonesia yaitu "Buku Budi", atau "Ibunya". Dari dua contoh ini, kita dapat mengetahui maknanya yaitu "buku" merupakan milik/kepunyaan si "Budi". Dan "Ibu" merupakan milik/kepunyaan si kata ganti "nya".
Contoh di dalam bahasa Arab:
بَيْتُ اللهِ
"Rumah Allah"
Maknanya "Rumah" itu milik / kepunyaan Allah"

Ciri-Ciri dari Idhafah:1. Wajib membuang Tanwin pada akhir kalimah isim yg menjadi Mudaf. apabila sebelum dijadikan Mudof ia mempunyai Tanwin.
2. I’rob Jar bagi Mudhaf Ilaih. Adapun amil Jar-nya adalah lafazh yg menjadi Mudhaf -demikian menurut Qoul yg shahih- alasannya: Lafazh Dhamir yg menjadi Mudhaf Ilaih dapat bersambung langsung dengan lafazh yg menjadi Mudhaf, yang mana dhamir tsb tidak akan bersambung kecuali kepada Amilnya,
3. Wajib menyimpan Huruf Jar Asli yg ditempatkan antara Mudhaf dan Mudhaf Ilaih. Untuk memperjelas hubungan pertalian makna antara Mudaf dan Mudhaf Ilaeh-nya. Huruf-huruf simpanan tersebut berupa MIN, FIY dan LAM.

Nah, dari contoh "Rumah Allah" di atas, dapat kita identifikasi kedua kata tersebut, yaitu "baitu" sebagai mudhaf dan Allah sebagai mudhaf ilaih.

Nah,,, dari penjelasan di atas sudah mengerti kan tentang Idhafah, yuk kita bahasa QS. An-Nas: ayat 1...
بِرَبِّ النَّاسِ
"Tuhan (milik/kepunyaan) manusia"

Kata pada ayat di atas sudah jelas bahwa dia berstatus idhafah, artinya Tuhan itu bukan Tuhan yang berbentuk manusia, tapi Tuhan yang dimiliki manusia, makanya kebanyakan terjemahan bahasa Indonesia khususnya Departemen Agama menggunakan kata "nya", seperti "Tuhannya manusia", kata ini seirama dengan kata :
رَبُّ اْلعَالَمِيْنَ
Artinya:
"Tuhan(nya)/(milik/kepunyaan) semesta alam"
Maknanya Tuhan yang dimiliki oleh seluruh alam, atau Tuhannya semesta alam.

Jadi, fitnah yang tidak berbobot itu terbantahkan dengan ilmu dasar dari kaidah tata bahasa Arab, yakni ilmu Nahwu bab "Idhafah"...
Demikian, semoga dapat dipahami... ^_^

0 komentar: